Bahlil Beber Alasan Eramet dan BASF Menarik Diri dari Proyek Nikel-Kobalt di Weda Bay

Tampak karyawan di Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP)

HALMAHERA, Zona-akurat.com – Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, akhirnya memberikan penjelasan terkait mundurnya dua perusahaan Eropa, Eramet dan BASF, dari proyek nikel-kobalt di Weda Bay, Halmahera.

Menurut Bahlil, penurunan pasar mobil listrik di Eropa dan Amerika, yang mengenakan pajak impor 100% pada mobil listrik, khususnya dari China, menjadi penyebab utama. “Karena pasar sedang lesu, mereka menunda sementara. Jadi bukan batal, tapi menunda hingga kondisi pasar global membaik. Jika mereka berinvestasi dan produksi, tetapi pasar tidak menyerapnya, itu juga akan merugikan mereka,” jelas Bahlil pada acara Peresmian Pengoperasian Smelter Tembaga PT Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur, Jumat (28/6/2024).

Penyesuaian dan Persaingan Global

Bahlil menekankan bahwa pemerintah akan melakukan penyesuaian karena ekonomi global saat ini sangat tidak pasti, termasuk persaingan ketat di pasar mobil listrik. “Harga mobil listrik China sangat murah. Tesla, misalnya, harus melakukan PHK dan penjualannya tidak optimal karena kalah saing dengan mobil China,” katanya.

Sejarah Kerjasama Eramet dan BASF

Pada tahun 2020, Eramet dari Prancis dan BASF dari Jerman telah menandatangani perjanjian studi kelayakan untuk pembangunan pabrik nikel-kobalt di Weda Bay, dengan nilai investasi sekitar US$ 2,6 miliar. Pabrik ini direncanakan untuk memperkuat rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV).

Baca juga: Menkominfo Bakal Teken Aturan Wajib Backup Data Usai Insiden Ransomware

Perlambatan di Asia Tenggara

Pertumbuhan penjualan baterai EV di Asia Tenggara yang lambat menjadi salah satu alasan penarikan diri kedua perusahaan tersebut. Meskipun demikian, Eramet tetap berkomitmen untuk mengevaluasi potensi investasi lain di sektor nikel Indonesia dan akan terus memberikan informasi terbaru kepada para pemangku kepentingan.

Pernyataan BASF

Sementara itu, BASF menyatakan akan menghentikan semua kegiatan terkait proyek Weda Bay. Dr. Daniel Schonfelder, Presiden divisi BASF Catalysts, menyebutkan, “Pasokan bahan baku yang aman, bertanggung jawab, dan berkelanjutan untuk produksi bahan aktif katoda prekursor, yang mungkin juga berasal dari Indonesia, tetap penting untuk pengembangan masa depan bisnis bahan baterai kami.”

Anup Kothari, Anggota Dewan Direktur Eksekutif BASF, menambahkan, “Sejak dimulainya proyek di Weda Bay, pasar nikel global telah berubah signifikan. Opsi pasokan telah berevolusi dengan ketersediaan nikel kelas baterai BASF. Oleh karena itu, BASF tidak lagi melihat perlunya investasi besar untuk memastikan pasokan logam yang kuat untuk bisnis bahan baterainya.”

Dengan berbagai faktor ini, keputusan Eramet dan BASF untuk menunda dan menghentikan proyek di Weda Bay mencerminkan dinamika pasar global dan tantangan yang dihadapi industri kendaraan listrik. (*/ly). 

Related posts