Manado, Zona-akurat.com – Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) semakin terasa di Indonesia sepanjang paruh pertama 2024. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 32.064 pekerja mengalami PHK, naik 21,45% dari tahun sebelumnya. Tiga sektor terbesar penyumbang PHK adalah manufaktur, teknologi, dan perbankan, sebagaimana dilaporkan oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI.
Manufaktur, terutama industri ekspor seperti tekstil dan garmen, terkena dampak gangguan rantai pasok global serta penurunan permintaan internasional. Jawa Barat menjadi daerah yang paling terdampak, dengan ribuan pekerja tekstil mengalami PHK sejak 2022.
Baca juga: DKPP Sidang Ketua dan Anggota Bawaslu, Dugaan Pelanggaran Prosedur Pemilu
Sektor teknologi, meski berkembang, tak luput dari PHK. Banyak startup menghadapi kesulitan mendapatkan pendanaan baru, memaksa perusahaan e-commerce dan fintech untuk merestrukturisasi atau bahkan tutup.
Perbankan, sebagai sektor ketiga, menghadapi PHK akibat digitalisasi. Layanan digital mengurangi kebutuhan tenaga kerja di kantor cabang, sehingga banyak bank besar melakukan perampingan untuk meningkatkan efisiensi.
Baca juga: Yulius Selvanus Mantapkan Dukungan di Minahasa, Lantik Pengurus BRPN Mandolang-Tombariri
Fenomena ini menunjukkan tantangan besar bagi perekonomian Indonesia, di mana perubahan global dan transformasi digital berdampak langsung pada pasar tenaga kerja. (ly).